modus penipuan

Modus Penipuan Online yang Marak Terjadi Selama Pandemi Covid-19

No comments

Semenjak dilanda Covid-19 pada Maret lalu, semua traffic seakan berpindah ke dunia maya. Terutama semenjak banyak pemerintah dunia meminta warganya untuk tidak keluar rumah.

Kesempatan ini ternyata digunakan oleh banyak penipu untuk melancarkan aksinya. Apalagi kini masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain berselancar di dunia maya.

Calon korban mereka seakan bertambah semenjak munculnya pandemi. Ternyata bukan hanya pekerja kantoran yang melakukan aktivitas work from home (WFH), para penipu juga lebih giat WFH pada masa pandemi.

Berbagai modus penipuan online pun semakin banyak ditemui. Saking banyaknya, Anda pasti pernah hampir menjadi korban penipuan tanpa disadari. 

Baca Juga: Cegah Penipuan yang Mengatasnamakan Indodana

Semakin Banyak Orang yang “Membutuhkan Uang”

Selain karena banyaknya traffic orang-orang yang menghabiskan waktunya di media sosial. Alasan lain dari merebaknya modus penipuan online adalah melemahnya ekonomi.

Seperti yang Anda tahu, banyak pekerja yang terpaksa dirumahkan. Mengingat perusahaan tempatnya bekerja, lebih banyak rugi ketimbang untung. Ini berdampak kepada semakin meningkatnya jumlah pengangguran yang ada.

Hal ini berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya kebutuhan sehari-hari. Apalagi ketika sedang melakukan karantina mandiri. Mau tidak mau, mereka tetap harus memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan pemasukan pun tidak ada.

Membanting setir dari pekerja kantoran ke penipu ulung. Merupakan jalan satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh beberapa orang. Ini merupakan alasan paling utama yang paling banyak ditemui.

Untuk itu, Anda pun harus lebih cermat. Dalam menghindari kemungkinan Anda menjadi sasaran para penipu online adalah dengan mengenal modus-modus apa saja yang sering mereka pakai.

Modus-Modus Penipuan Online

1. Penipuan Berkedok Belanja Online

Sebelum pandemi, penipuan dengan modus ini mungkin sudah banyak ditemui. Biasanya penipu akan menyasar kaum ibu-ibu sebagai target utama, karena tingginya keinginan mereka dalam berbelanja. Ini diimbangi dengan kemampuan ibu-ibu dalam membedakan penipuan dan penjual terpercaya.

Namun, semenjak pandemi target penipu pun semakin meluas. Tidak hanya menyasar kepada ibu rumah tangga saja, mereka juga menarget beberapa lapisan masyarakat lainnya. Terutama kini orang-orang tidak memiliki pilihan, selain berbelanja secara daring.

Salah satu contoh penipuan berkedok belanja online yang sering terjadi adalah dengan tidak mengirimkan barang pesanan. 

Biasanya penipuan ini marak terjadi di Whatsapp atau Instagram, setelah korban mempercayai “toko palsu” mereka di media sosial. Biasanya korban diminta untuk melakukan transfer sejumlah uang dan menyelesaikan transaksi.

Setelah uang diterima, penjual pun pergi tanpa mengirim produk yang ditawarkannya.

2. Menawarkan Pinjaman Online

Modus penipuan yang satu ini lebih marak lagi. Anda setidaknya pasti pernah menjadi korban yang ditawari modus penipuan ini. Biasanya pelaku menawarkan jasanya melalui pesan singkat yang di-blast ke banyak nomor.

Biasanya mereka memiliki nama yang cukup aneh. Seperti ‘P!njam4n D4na’, dan sebagainya. Dari pesan singkat tersebut, mereka memberikan tautan yang mengarahkan calon korban ke aplikasi mereka. 

Menawarkan pinjaman yang cepat cairnya. Mereka biasanya akan memberikan bunga yang kadang tidak masuk ke nalar. Bak masuk ke jeratan lintah darat. Sekali tidak bisa membayar, mereka akan melakukan pelanggaran privasi terhadap hidup Anda. Menyebar kabar tidak sedap ke kontak hingga melakukan ancaman setiap harinya.

Oleh karena itu, jika memang butuh. Gunakan aplikasi yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini merupakan lembaga independen yang bertugas untuk mengawasi pemberi jasa pinjaman. Perusahaan dengan sertifikasi OJK-lah yang bisa dipercaya.

3. Menipu Melalui Transaksi Perbankan

Penipuan ini juga sedang marak terjadi. Penipuan bermodus ini, biasanya akan menyasar orang yang sering melakukan transaksi secara cashless. Di antaranya adalah transaksi melalui internet dan m-banking.

Segala hal pun dilakukan oleh para penipu termasuk menyamar sebagai pegawai bank. Mereka menelpon calon korbannya dan menjelaskan bahwa nasabah tersebut sedang memiliki masalah di rekeningnya.

Panik calon korban biasanya akan memberikan semua informasi pribadinya. Berharap tabungan atau uang yang ada di rekeningnya bisa diselamatkan. 

Saldo korban pun akhirnya dikuras. Oleh karena itu, merupakan hal yang bijak jika Anda melakukan pengecekan saldo setiap harinya. Biasakan untuk menghubungi nomor resmi bank Anda dan jangan pernah terkecoh dengan nomor-nomor lainnya yang mengaku-ngaku dari bank.

4. Penipuan Investasi Saham

Dalam keadaan yang tidak pasti ini. Banyak orang yang mulai beralih ke saham karena memberikan keuntungan yang pasif. Beberapa saham juga justru meroket selama masa pandemi ini. 

Nah, hal ini justru dilihat oleh penipu sebagai peluang untuk melancarkan aksinya. Mereka pun banyak menjebak orang-orang yang tergolong baru dalam melakukan investasi. Mengaku sebagai perusahaan investasi, dan meminta investor memberikan informasi pribadinya.

Hampir sama dengan penipuan melalui transaksi perbankan. Para penipu ini mengincar informasi akun, pin, hingga OTP yang dimiliki oleh calon korbannya. Beberapa juga ada yang hanya menawarkan investasi bodong, lalu dengan mudah membawa kabur uang korbannya.

Hat-Hati karena Penipu Ada Dimana-Mana

Ada bijaknya Anda untuk berhati-hati selama masa pandemi. Jangan mudah percaya dengan tawaran-tawaran yang disodorkan dalam bentuk apapun. Terutama mereka yang mengiming-imingi untung besar dengan upaya yang sangat sedikit.

Anda juga harus berhati-hati kepada pihak manapun yang meminta informasi pribadi. Selalu manfaatkan nomor resmi dan fasilitas resmi yang ditawarkan bank tempat Anda menabung.

Jangan menggunakan aplikasi lain atau bahkan percaya jika ada yang mengaku berasal dari bank dan meminta informasi pribadi Anda. 

Baca Juga: Harus Waspada, Inilah Cara Menghindari Pencurian Data Pribadi