Orang yang suka mempermainkan perasaan memang sering ditemukan, apalagi di dunia percintaan. Tapi, tahukah kamu bahwa penipu pun bisa bertindak demikian?
Benar sekali! Penipu bisa memanfaatkan berbagai perasaan korbannya ketika melakukan modus penipuannya. Tidak jarang orang-orang yang termakan modus penipuan dimanfaatkan perasaannya oleh sang penipu. Sayangnya, kebanyakan orang itu tidak menyadari bahwa reaksi mereka dapat dimanfaatkan oleh penipu.
Nah, perasaan seperti apa yang menjadi sasaran empuk bagi para penipu? Simak penjelasan berikut ini agar kamu bisa tetap waspada menghadapi para penipu.
4 Perasaan yang Sering Diincar para Penipu
1. Rakus atau Tamak
Perasaan rakus atau tamak memang tidak pernah membawa hasil yang baik. Justru, sifat tamak ini bisa mengelabui pikiranmu sehingga kamu tidak dapat berpikir jernih. Oleh karena itu, perasaan ini sering menjadi incaran para penipu.
Orang yang memiliki sifat rakus atau tamak akan sangat mudah untuk tergiur dengan bualan para penipu. Misalnya, janji mendapatkan keuntungan investasi yang sangat besar atau mendapatkan hadiah undian dengan nominal yang fantastis. Padahal, sebenarnya, hadiah tersebut tidak pernah ada.
Biasanya, orang yang rakus akan melakukan apapun yang diminta sebagai syarat untuk mendapatkan keuntungan tersebut, termasuk mengeluarkan uang tunai. Kebayang, kan, seberapa besar keuntungan yang didapatkan penipu dari orang-orang rakus? Makin rakus orangnya, makin untung penipunya.
2. Rasa Kasihan
Tidak ada salahnya untuk memiliki rasa kasihan. Memang betul, kamu harus memiliki rasa empati pada orang lain. Tapi, jangan sampai berlebihan, ya!
Kenapa? Karena perasaan itulah yang dimanfaatkan oleh para penipu. Salah satu modus yang sering dilakukan oleh para penipu adalah mengatakan bahwa dirinya sedang dalam masalah besar atau sedang sakit yang membutuhkan biaya besar. Berbagai skenario dibuat oleh si penipu.
Mengetahui skenarionya, siapa yang tidak akan iba, kan? Secara naluriah, perasaan kasihan itu akan muncul. Namun, jika berlebihan, perasaan itu akan membahayakanmu. Sebab, kamu akan dengan mudah mengeluarkan uang dengan dalih “kasihan dia sedang butuh uang”. Padahal, belum tentu itu benar terjadi.
Maka, sebaiknya perhatikan terlebih dahulu siapa yang meminta bantuan kiriman uang. Jika kamu tidak terlalu dekat dengan orang tersebut, pastikan dulu keadaannya, misalnya dengan menghubungi orang terdekatnya. Jika kamu tidak mengetahui orang tersebut sama sekali, lebih baik untuk tidak digubris.
Jika ingin membantu, bantulah orang terdekat dahulu, karena kamu sudah tahu betul keadaannya. Dengan begitu, kamu tidak akan menjadi korban penipuan.
3. Rasa Takut
Memiliki perasaan takut memang hal yang wajar, apalagi kamu dihadapi dengan sesuatu yang menakutkan. Reaksi takut pun merupakan hal yang normal ketika mendapat kabar buruk, seperti kabar anak ditangkap polisi, anggota keluarga diculik, dan sebagainya.
Namun, jika kamu gampang sekali merasa takut, waspadalah. Sebab, perasaan gampang takut tersebut menjadi peluang emas bagi penipu.
Misalnya, pada skenario anggota keluarga yang ditangkap polisi, penipu akan mengaku sebagai polisi dan mengatakan bahwa kamu perlu mentransfer sejumlah uang untuk membebaskan keluargamu. Tentunya, “polisi” tersebut akan menakut-nakuti jika kamu tidak menurutinya. Maka, kamu akan melakukan apapun untuk membebaskan keluargamu itu yang sebenarnya tidak berada di tahanan polisi.
Penipu sangat mengetahui bahwa rasa takut dapat membungkam logika. Dengan membentuk berbagai skenario yang membuatmu takut, ia mendapatkan keuntungannya. Maka, tetaplah berhati-hati ketika mendapatkan kabar seperti ini. Ada baiknya untuk melakukan cross check sebelum bertindak.
4. Rasa Mudah Percaya
Jika diperhatikan pada tiga poin di atas, penipu akan membuat skenario khusus untuk bisa menimbulkan rasa rakus, kasihan, dan takut. Benang merahnya adalah korban percaya dengan skenario tersebut yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Rasa mudah percaya inilah yang paling empuk diincar oleh para penipu.
Ketika mendapatkan suatu hal yang di luar nalar atau yang tidak biasa terjadi, berhenti sejenak terlebih dahulu. Tariklah napas dalam-dalam dan rileks. Jika sudah, pikirkanlah baik-baik apakah ini patut untuk dipercaya. Caranya adalah dengan mencari tahu kebenaran di balik skenario tersebut. Seperti peribahasa “kalau gajah, hendaklah dipandang gadingnya; kalau harimau hendaklah dipandang belangnya” yang artinya sebelum menarik kesimpulan, hendaklah diteliti secara saksama terlebih dahulu.
Tetap Waspada dan Jangan Lengah
Memiliki perasaan takut, kasihan, dan sebagainya itu sangatlah normal. Perasaan tersebut merupakan bentuk reaksi dari suatu kejadian. Tapi, tetaplah bersikap waspada dan berpikiran terbuka, logis, dan kritis. Sebab, belum tentu setiap kejadian yang didengar itu benar terjadi. Jangan sampai kamu menjadi korban penipuan hanya karena memelihara perasaan yang sering diincar tersebut.
Baca juga Artikel Lainnya: