capek kerja

Stres Bikin Capek Kerja? Begini Cara Mengatasinya!

No comments

Pegawai kantoran merupakan salah satu profesi yang cukup didambakan banyak orang. Buktinya, ketika suatu perusahaan membuka lowongan kerja, tak lama tim HRD perusahaan tersebut pasti kebanjiran surat lamaran. 

Menjadi pegawai kantoran dianggap menggiurkan secara materi, terlihat dari besar gaji yang tetap setiap bulannya, belum termasuk pemberian tunjangan maupun fasilitas yang diberikan oleh perusahaan seperti mobil dinas, uang transport, uang makan, uang kehadiran, hingga asuransi kesehatan. 

Di sisi lain, cakupan tugas seorang pegawai kantoran biasanya relatif sama dan berulang dalam kurun waktu tertentu. Siklus yinilah yang menjadi salah satu penyebab stres kerja. Stres kerja yang berlebihan dan berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang bisa memunculkan perasaan capek kerja alias burnout

Apa yang Dimaksud dengan Capek Kerja (Burnout)?

Robert C. Ciampi dalam laman Psychology Today, menyatakan bahwa capek kerja atau burnout merupakan kelelahan fisik dan emosional yang dipicu stres berlebihan dan berkepanjangan. 

Apabila tidak segera ditangani maka perasaan lelah yang dialami akan berdampak pada penurunan kondisi tubuh karyawan, baik secara mental maupun fisik. Hal tersebut ditandai dengan perasaan mudah tersinggung, tidak sabar, kebosanan terhadap pekerjaan, kelelahan kronis, depresi mental, hingga tekanan darah tinggi (hipertensi). 

Pembahasan kali ini bertujuan untuk menambah wawasan kamu, khususnya yang berprofesi sebagai pegawai kantoran, agar dapat mengelola stres dengan baik. 

Capek Kerja VS Stres Kerja

Banyak orang salah mengartikan capek kerja atau burnout sebagai stres kerja. Padahal meskipun penyebab utama terjadinya capek kerja adalah stres yang berkepanjangan dan berlangsung secara terus-menerus, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. 

Stres adalah interpretasi yang mempengaruhi respon tubuh dan pikiran seseorang ketika mendapatkan suatu tuntutan. Respon terhadap tuntutan akan mempengaruhi divergensi fisik, psikologis, serta perilaku orang tersebut. 

Stres sebenarnya memiliki dimensi positif dan negatif. Dalam dimensi positif, stres dapat menjadi motivator yang mendorong seseorang untuk selalu berkembang dan menjadi lebih baik. Contoh stres dalam dimensi positif ialah deadline yang diberikan atasan akan memudahkan karyawan dalam dapat menyusun skala prioritas penyelesaian tugas. 

Di sisi lain, stres dalam dimensi negatif terjadi ketika muncul kecenderungan terhadap gangguan hubungan sosial, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kecanduan alkohol, serta munculnya berbagai penyakit. 

Setiap karyawan pasti mengalami stres kerja, dan hal tersebut akan membuat mereka menjadi murung, pendiam, dan terkadang kurang bersemangat. Namun hal tersebut biasanya hanya berlangsung untuk sementara waktu berdasarkan intensitas stres yang dialami.

Intensitas stres yang dialami oleh setiap orang berbeda-beda tergantung pada bagaimana respon tubuh serta bagaimana kemampuan mereka dalam mengelola stres. 

Semakin lama intensitas stres yang diderita dan ketidakmampuan seseorang dalam mengubah atau memperbaiki keadaan tersebut melalui sistem manajemen stres akan berdampak pada perasaan hampa, mati rasa, kehilangan motivasi, putus asa, dan tidak peduli.

Dalam jangka panjang, kondisi tersebut akan mengakibatkan akumulasi perasaan lelah secara berlebihan baik secara fisik maupun emosional dan memicu depresi yang turut berdampak terhadap kesehatan sehingga tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Pada fase inilah, seseorang disebut mengalami sindrom burnout

Seorang karyawan dengan sindrom burnout akan merasa bahwa dirinya terpisah secara mental dari perusahaan, mudah merasa bosan, bahkan cenderung bersikap sinis terhadap kebijakan maupun penugasan yang diberikan oleh perusahaan. 

Tak hanya itu, seorang karyawan dalam kondisi capek kerja umumnya mengalami kelelahan kronis yang menyebabkan terjadinya depresi mental, perasaan mudah tersinggung, hingga mengalami gangguan kesehatan berupa hipertensi atau penyakit jantung. 

Kenali Penyebab Capek Kerja

 Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, capek kerja atau kondisi burnout pada dasarnya dipicu oleh stres kerja yang bersifat akumulatif dalam jangka panjang tanpa adanya penyelesaian maupun penanganan yang berarti. 

Pertanyaannya, hal-hal apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja?

1. Overqualified 

Overqualified adalah perasaan yang dimiliki oleh seorang karyawan bahwa dirinya memiliki kemampuan yang lebih untuk sekedar bekerja pada suatu perusahaan. 

Perasaan ini umumnya dipicu oleh ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita perusahaan dalam benak karyawan, baik dari segi penugasan, klien yang harus dihadapi, jam kerja, gaji, dan sebagainya. 

2. Kesempatan Berkembang

Selain memenuhi tuntutan ekonomi, ada pula beberapa orang yang bekerja untuk mengembangkan potensi dan menambah pengetahuan mereka akan suatu bidang pekerjaan. Biasanya tipe karyawan kedua ini adalah para lulusan baru. 

Apapun alasannya, perusahaan yang ideal memang sejatinya perlu menyediakan kesempatan bagi setiap karyawannya agar dapat mengembangkan setiap kemampuan yang dimiliki melalui penugasan-penugasan yang diberikan.  

Ketiadaan kesempatan berkembang akan membuat karyawan cenderung mudah jenuh dan bosan terhadap pekerjaannya. 

3. Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat

Faktor kesuksesan seorang karyawan di tempat kerja tidak hanya ditentukan dari kecakapan dalam menyelesaikan setiap tugas serta bagaimana ia menangani setiap permasalahan yang terjadi. 

Persaingan yang tidak sehat, budaya perusahaan dan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan pemahaman karyawan, serta rekan kerja yang saling menjatuhkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan berdampak pada kondisi psikologis karyawan. 

4. Pekerjaan yang Berdampak pada Kesehatan

Lembur untuk menyelesaikan tugas adalah kewajiban setiap karyawan yang menunjukkan seberapa besar dedikasi karyawan terhadap perusahaan. Namun di sisi lain, lembur terlalu sering akan memberi dampak buruk terhadap kondisi kesehatanmu. 

Apabila sudah mengalami dampak akibat terlalu sering lembur namun masih tetap harus lembur setiap hari, maka sebaiknya kamu mencari pekerjaan baru di tempat lain. 

5. Tidak Lagi Menikmati Hasil Kerja

Salah satu tanda bahwa kamu mencintai pekerjaanmu ialah adanya perasaan bangga dan puas terhadap hasil kerja, terlepas dari berbagai proses rumit dan permasalahan yang harus dihadapi.

Jika kamu tidak lagi merasa demikian, maka pertimbangkan kembali apakah kerja kerasmu selama ini worth it atau justru terkesan seperti buang-buang waktu. 

Tips Mengatasi Capek Kerja

Resign dari pekerjaan tidak selalu menjadi solusi yang tepat untuk capek kerja. Ada beberapa tips yang perlu kamu ketahui sebagai seorang karyawan untuk mengatasi capek kerja, antara lain:  

1. Hindari Stres 

Meskipun stres adalah penyebab utama terjadinya capek kerja, namun menghindari stres terdengar seperti solusi yang klise karena stres kerja adalah suatu keadaan yang pasti dialami oleh setiap karyawan. 

Oleh sebab itu, diperlukan strategi yang efektif untuk mengatasi stres kerja yang kamu alami. Pengelolaan stres ini harus didasarkan pada kemampuan dalam mengenal diri sendiri. 

Ada beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat stres kerja yang kamu alami, seperti olahraga, melakukan yoga, bersosialisasi dengan teman-teman, atau membaca buku sambil mendengarkan musik yang menenangkan. 

Jika perlu, kamu juga dapat memanfaatkan jatah cuti untuk pergi berlibur bersama teman atau keluarga. Selain bertujuan untuk penyegaran, hal tersebut juga dapat mempererat kembali hubungan yang renggang akibat adanya kesibukan di kantor. 

2. Pola Hidup Sehat

Selain mengelola stres, kamu juga perlu menjaga pola hidup sehat dengan mulai mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, olahraga teratur, dan memiliki waktu istirahat yang cukup. 

Sebisa mungkin hindari konsumsi kafein dan gula secara berlebihan, apalagi alkohol. Pastikan juga kamu menjaga berat badan untuk menghindari  obesitas yang dapat meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit lain seperti jantung, hipertensi, stroke, dan lain-lain. 

Menjaga pola hidup sehat akan menjadikan kondisi fisik tubuh menjadi lebih segar dan tidak mudah lelah sehingga kamu dapat lebih fokus menyelesaikan pekerjaan dengan baik.  

3. Tetap Aktif dan Produktif 

Gabut alias kondisi tidak ada pekerjaan yang terlalu sering dialami juga dapat menjadi penyebab terjadinya rasa bosan di kantor, terutama bagi kamu yang terbiasa sibuk. 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, cobalah untuk pergi jalan-jalan sejenak saat pekerjaan kamu sedang luang. Jika tidak memungkinkan, basuhlah wajah dengan air dingin lalu carilah pekerjaan yang dapat kamu lakukan di waktu luang. 

Misalnya membersihkan meja, merapikan dokumen yang tercecer, atau membantu rekan kerja dalam menyelesaikan tugas. 

Nah, jadi itulah beberapa hal yang perlu  diketahui tentang kondisi capek kerja sebagai seorang karyawan. Jika kamu sedang mengalami fase ini, yuk, mulai bangkit dan mencari cara untuk bangkitkan gairah dalam bekerja. 

Baca Juga Artikel Lainnya: